HUJAN PERTAMA BUKAN BERARTI WILAYAH KEPULAUAN ALOR TELAH MEMASUKI MUSIM HUJAN
THOMAS Y. BLEGUR, S.Tr
Panas dan terik yang melanda wilayah sebelah Selatan Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Alor, akhir-akhir ini sangat terasa menyengat. Fenomena cuaca panas dan terik merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian cuaca panas dan terik ini lebih sering terjadi pada pada bulan-bulan puncak musim kemarau. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Kekhawatiran masyarakat akan cuaca panas dan terik serta kekeringan ekstrim (klasifikasi kekeringan dengan hari tanpa hujan berturut-turut sama atau lebih dari 60 hari) yang berkepanjangan seolah terobati setelah pada hari Minggu (24/09) terjadi hujan di sebagian besar wilayah Kabupaten Alor. Saat hujan mengguyur wilayah Kota Kalabahi, memang sangat menggembirakan masyarakat di Kota Kalabahi. “Hujan berkat tercurah”, itulah ungkapan ekspresi kegembiraan yang banyak bermunculan di sosial media (Sosmed) baik di Facebook, Twitter, Blackberry Messenger (BBM) dan WhatsApp (WA). Berdasarkan laporan dari beberapa pos hujan kerjasama di wilayah Kabupaten Alor, hujan tidak hanya mengguyur kota Kalabahi tetapi juga beberapa kecamatan di sekitar Kalabahi, yakni Kecamatan Alor Tengah Utara (Mebung), Kabola (Wolatang hingga Mali), Alor Barat Daya (Moru – Pailelang), dan sebagian Pantar, dengan intensitas hujan yang cukup bervariasi mulai dari ringan sampai sedang. Secara umum hujan terjadi pada siang hingga malam hari.